BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tubuh manusia terdiri dari berbagai
system, diantaranya adalah system kardiovaskuler. System ini menjalankan
fungsinya melalui organ jantung danpembuluh darah. Dimana organ yang memiliki
peranan penting dalam hal ini adalah jantung yang juga merupakan organ besar dalam tubuh. Fungsi utama
jantung adalah untuk memompakan darah
ke seluruh tubuh dengan cara mengembang dan menguncup yang disebabkan oleh karena adanya
rangsangan yang berasal dari susunan saraf otonom. Seperti pada
organ-organ yang lain, jantung juga dapat mengalami kelainan
ataupun disfungsi. Sehingga muncullah penyakit jantung yang dapat dibedakan
dalam dua kelompok, yaitu penyakit jantung didapat dan
penyakit jantung bawaan. Penyakit jantung bawaan adalah kelainan struktural
jantung yang kemungkinan terjadi sejak dalam kandungan dan beberapa waktu setelah bayi
dilahirkan. Salah satu jenis penyakit jantung yang tergolong
penyakit jantung bawaan adalah Ventricular Septal Defect (VSD).
VSD adalah kelainan
jantung bawaan dimana terdapat lubang (defek/inkontinuitas) pada septum
ventrikel yang terjadi karena kegagalan fusi septum interventrikel pada masa janin.
VSD merupakan kelainan jantung congenital tersering dengan
prevalensi 20-25 % dari seluruh prevalensi
jantung kongenital. Septum
ventrikel terbagi menjadi 2 bagian,yaitu pars membranacea (bagian membran) dan pars muscularis (bagian otot).
Sedangkan septum muscularis dibagi menjadi 3 bagian, yaitu inlet, trabecular, dan outlet (infundibulum). VSD yang terletak di pars membrane
sering kali meluas ke bagian muscular sehingga sebagian besar ahli menyebut VSD
ini dengan istilah VSD perimembranous (PM). VSD PM merupakan jenis tersering (70%), selanjutnya trabecular (5-20%),
infundibular, dan inlet.
Kejadian VSD di Amerika Serikat dan
di dunia sebanding, kira-kira satu sampai
dua kasus per seribu bayi yang lahir. Riset menunjukkan bahwa prevalensi
VSD di Amerika Serikat meningkat selama
tiga puluh tahun terakhir. Sebuah peningkatan ganda terjadi pada prevalensi
VSD yang dilaporkan oleh Centers
for Disease Control and Prevention dari
tahun 1968-1980. The Baltimore-Washington Infant Study (BWIS) juga melaporkan sebuah peningkatan ganda
pada VSD dari tahun 1981-1989. Riset BWIS melaporkan bahwa peningkatan ini terjadi karena makin
sensitifnya deteksi penyakit ini oleh echocardiography. Di Indonesia,
khususnya di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, tipe perimembranus adalah yang
terbanyak ditemukan (60%), kedua adalah subarterial (37%), dan yang terjarang adalah
tipe muskuler (3%). VSD sering ditemukan pada kelainan - kelainan
kongenital lainnya, seperti Sindrom Down.
Faktor prenatal yang mungkin berhubungan dengan VSD
adalah Rubella atau infeksi virus lainnya
pada ibu hamil, gizi ibu hamil yang buruk, ibu
yang alkoholik, usia ibu diatas 40 tahun, dan ibu penderita diabetes. Pencegahan
VSD dapat dilakukan pada awal masa kehamilan terutama tiga
bulan pertama dimana terjadi pembentukan organ tubuh antara lain jantung,
sebaiknya ibu tidak mengkonsumsi jamu berbahaya dan obat obat yang dijual bebas
di pasaran, menghindari
minuman beralkohol, dan memperbanyak
asupan makanan bergisi terutama yang mengandung protein dan zat besi juga asam
folat tinggi. Pencegahan
infeksi pada masa hamil
dapat dilakukan dengan melakukan imunisasi MMR untuk
mencegah penyakit morbili (campak) dan rubella selama hamil yang merupakan faktor risiko terjadinya VSD.
Penyakit
kelainan jantung bawaan dapat
di diagnosa sejak masa
kehamilan yakni memasuki usia kehamilan 16 hingga 20 minggu dengan
pemeriksaan USG kandungan. Semakin dini diagnose dapat di ketahui maka
harapan untuk proses penyembuhan akan semakin besar. Oleh karena itu sebagai perawat harus berusaha memberikan nasehat terutama
pada ibu yang sedang hamil untuk dapat menghindari hal - hal yang dapat
menimbulkan penyakit VSD,
sehingga turut membantu menurunkan prevalensi kejadian VSD di Indonesia pada
khususnya, dan juga perawat harus menerapkan asuhan keperawatan secara tepat
kepada pasien dengan VSD.
B.
Rumusan
Masalah
Bagaimana asuhan
keperawatan pada pasien dengan Ventrikel Septum Defect ?
C.
Tujuan
Mengetahui asuhan keperawatan
pada pasien dengan Ventrikel Septum Defect
D.
Manfaat
1. Meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman mahasiswa tentang Ventrikel Septum Defect
2. Mahasiswa
dapat mengetahui asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien dengan Ventrikel
Septum Defect
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Definisi
Ventricular Septal Defect (VSD)
Defek
septum ventricular (VSD) adalah suatu keadaan abnormal yaitu adanya pembukaan
antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan.(Rita &Suriadi, 2001). VSD adalah adanya hubungan (lubang)
abnormal pada sekat yang memisahkan ventrikel kanan dan ventrikel kiri. (Heni
dkk, 2001).
Ventricular
septal defect (VSD) adalah kelainan jantung bawaan berupa lubang pada
septum interventrikuler. Lubang tersebut dapat hanya satu atau lebih yang
terjadi akibat kegagalan fusi septum interventrikuler semasa janin
dalam kandungan.
Kebocoran
ini terjadi karena kelambatan
dalam pertumbuhannya.
B. Etiologi
Pada
sebagian besar kasus Penyakit Jantung Bawaan (PJB), penyebabnya
tidak diketahui. Lebih dari 90% kasus penyebabnya adalah multifaktorial
seperti:
a. Kelainan
perkembangan embrionik pada usia lima sampai delapan minggu
b. Infeksi ibu
selama trimester pertama
c. Ibu
menderita DM dengan ketergantungan pada insulin
d. Gizi ibu
jelek
e. Radiasi
Faktor
yang berpengaruh, diantaranya adalah:
a. Faktor eksogen
Seperti
ibu dengan DM, fenilketonuria, dan kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan
obat-obatan (maternalfaktor).
b. Faktor endogen
Seperti
riwayat keluarga dengan penyakit jantung (faktor genetik).
C. Patofisiologi
Adanya
defek ventrikel, menyebabkan tekanan ventrikel kiri meningkat dan resistensi
sirkulasi arteri sistemik lebih tinggi dibandingkan resistensi pulmonal. Hal
ini mengakibatkan darah mengalir ke arteri pulmonal melalui defek septum.Volume
darah di paru akan meningkat dan terjadi resistensi pembuluh darah paru. Dengan
demikian tek.ventrikel kanan meningkat akibat adanya shunting dari kiri ke
kanan. Hal ini akan berisiko endokarditis dan mengakibatkan terjadinya
hipertropi otot ventrikel kanan sehingga terjadi peningkatan workload dan
terjdi pembesaran atrium kanan untuk mengatasi resistensi yang disebabkan
oleh pengosongan atrium yang tidak sempurna.
D. Manifestasi
Klinis
Defek kecil asimtomatik,
defek sedang hingga besar menimbulkan keluhan seperti kesulitan waktu minum
atau makan karena cepat lelah atau sesak dan sering mengalami batuk serta
infeksi saluran napas berulang. Ini menyebabkan pertumbuhan yang lambat.
Pada
pemeriksaan fisik biasanya terlihat takipneu, aktivitas ventrikel kiri
meningkat, dapat teraba thrill sistolik, bunyi jantung II mengeras bila telah
terjadi hipertensi pulmonal, terdengar bising pansistolik di SIC 3-4
parasternal kiri yang menyebar sepanjang parasternal dan apeks. Pada pirau yang
besar dapat terdengar bising middiastolik di apeks akibat aliran berlebihan,
dapat ditemukan gagal jantung kongestif. Bila telah terjadi penyakit vaskuler
paru dan sindrom eisenmenger, penderita tampak sianosis dengan jari tabuh, bahkan
mungkin disertai tanda gagal jantung kanan (Purwaningtyas, 2008; Rilantono,
2003)
a. VSD Kecil
Biasanya
asimtomatik. Jantung normal atau sedikit membesar dan tidak ada gangguan tumbuh
kembang. Bunyi jantung biasanya normal, dapatditemukan bising sistolik dini
pendek yang mungkin didahului early systolic click. Ditemukan pula bising
pansistolik yang biasanya keras disertai getaran bising dengan pungtum maksimum
di sela iga III-IV garis parasternal kiri dan menjalar ke sepanjang
sternum kiri, bahkan ke seluruh prekordium.
b. VSD Sedang
Gejala
timbul pada masa bayi berupa sesak napas saat minum atau memerlukan waktu lebih
lama/tidak mampu menyelesaikan makan dan minum, kenaikan berat badan tidak
memuaskan, dan sering menderita infeksi paru yang lama sembuhnya. Infeksi paru
ini dapat mendahului terjadinya gagal jantung yang mungkin terjadi pada umur 3
bulan. Bayi tampak kurus dengan dispneu, takipneu,serta retraksi. Bentuk dada
biasanya masih normal. Pada pasien yang besar, dada mungkin sudah menonjol.
Pada auskultasi terdengar bunyi getaran bising dengan pungtum maksimum di
sela iga III-IV garis parasternal kiri yang menjalar ke seluruh prekordium.
c. VSD Besar.
Gejala
dapat timbul pada masa neonatus. Pada minggu I sampai III dapat terjadi pirau
kiri ke kanan yang bermakna dan sering menimbulkan dispneu.Gagal jantung
biasanya timbul setelah minggu VI, sering didahului infeksi saluran napas
bawah. Bayi sesak napas saat istirahat, kadang tampak sianosis karena
kekurangan oksigen akibat gangguan pernapasan. Gangguan pertumbuhan sangat
nyata. Biasanya bunyi jantung masih normal, dapat didengar bising pansistolik,
dengan atau tanpa getaran bising, melemah pada akhir sistolik karena terjadi
tekanan sistolik yang sama besar pada kedua ventrikel. Bising mid-diastolik di
daerah mitral mungkin terdengar akibat flow murmur pada fase
pengisian cepat.
E.
Klasifikasi
Berdasarkan lokasi lubang, VSD
diklasifikasikan dalam 3 tipe:
1.
Perimembranous, bila lubang terletak didaerah septum
membranous dan sekitarnya.
2.
Subarterial Doubly commited, bila lubang terletak
didaerah septum infundibuler.
3.
Muskuler, bila lubang terletak didaerah septum
muskuler inlet, outlet ataupun
trabekuler.
Besar dan arah shuny tergantung 2 hal, yaitu besar
kecilnya defek dan tekanana pulmonal (Robbins, 2007). Adanya lubang pada septum
interventrikuler memungkinkan terjadinya aliran dari ventrikel kiri ke
ventrikel kanan, sehingga aliran darah yang ke paru bertambah.
Gambar
kondisi jantung normal dan jantung dengan VSD
F.
Pemeriksaan
Diagnostik
- Foto thorax : dapat ditemukan kardiomegali dengan
LVH, vaskularisasi paru meningkat, bila terjadi penyakit vaskuler tampak
pruned tree disertai penonjolan a. pulmonal.
- Elektrokardiografi : LVH, LAH.
- Ekokardiografi : dengan M-mode
dapat diukur dimensi atrium kiri dan ventrikel kiri, dengan ekokardiografi
2 dimensi dapat dideteksi dengan tepat ukuran dan lokasi defek septum
ventrikel, dengan defek doppler dan warna dapat dipastikan arah dan
besarnya aliran yang melewati defek tersebut.
- Kateterisasi jantung : dilakukan
pada penderita dengan hipertensi pulmonal, dapat mengukur rasio aliran ke
paru dan sistemik serta mengukur tahanan paru; angigrafi ventrikel kiri
dilakukan untuk melihat jumlah dan lokasi VSD (Joto, 2001; Kertohusodo,
1987; Rakhman, 2003).
- Auskultasi jantung
- Pemantauan tekanan
darah
- MRI
G.
Pencegahan VSD
1. Anak diberikan asupan kalori yang
memadai agar mencapai pertumbuhan yang optimal.
2. Sebelum dan selama hamil ibu
menghindari pemakaian alkohol, merokok dan mengontrol diabetesnya secara
teratur.
3. Menurut
Artikel Ventricular Septum Defect pasien Small Ventricular Septum Defect dengan
tekanan arteri paru normal, fungsi ventrikel normal, dan tidak ditemukan lesi
memiliki toleransi aktifitas yang normal dan tidak ada batasan berolahraga.
Sedangkan yang memiliki pulmonary
arterial hypertension
biasanya memiliki batasan dalam berolahraga. Dan juga pada wanita hamil
dengan Small Ventricular Septum Defect tanpa hipertensi paru tidak menimbulkan
resiko pada kehamilan. Sedangkan moderate defects dapat meningkatkan aliran darah pada paru-paru
selama kehamilan
H.
Penatalaksanaan
Terapi :
1. Pada VSD kecil
VSD kecil tidak perlu dirawat,
pemantauan dilakukan di poliklinik kardiologi anak. Berikan antibiotik seawal
mungkin .Vasopresor atau vasodilator adalah obat – obat yang dipakai untuk anak dengan
VSD dan gagal jantung misal dopamin ( intropin ) memiliki efek inotropik
positif pada miokard menyebabkan peningkatan curah jantung dan peningkatan
tekanan sistolik serta tekanan nadi. Sedang isoproterenol (isuprel) memiliki
efek inotropik posistif pada miokard menyebabkan peningkatan curah jantung
dan kerja jantung. Bayi dengan gagal jantung kronik mungkin memerlukan
pembedahan lengkap atau paliatif dalam bentuk pengikatan / penyatuan
arteri pulmonar. Pembedahan tidak ditunda sampai melewati usia prasekolah.
2. Pada
VSD sedang
Jika tidak
ada gejala-gejala
gagal
jantung, dapat
ditunggu
sampai umur 4-5 tahun karena kadang-kadang kelainan ini dapat mengecil.
Bila terjadi gagal
jantung
diobati dengan
digitalis.
Bila pertumbuhan normal, operasi
dapat dilakukan pada umur 4-6 tahun atau sampai berat badannya 12 kg.
3. Pada
VSD besar
dengan hipertensi
pulmonal yang belum permanen
Biasanya
pada keadaan
gagal jantung pengobatannya
menggunakan digitalis. Bila ada anemia diberi transfusieritrosit
terpampat
selanjutnya diteruskan
terapi besi. Operasi
dapat ditunda
sambil menunggu penutupan spontan atau bila ada gangguan dapat dilakukan
setelah berumur 6 bulan.
4. Pada VSD besar dengan hipertensi
pulmonal permanen
Operasi
paliatif atau operasi koreksi total sudah tidak mungkin karena arteri
pulmonalis mengalami arteriosklerosis. Bila defek ditutup, ventrikel kanan akan
diberi beban yang berat sekali dan akhirnya akan mengalami dekompensasi.
Bila defek tidak ditutup, kelebihan tekanan pada ventrikel kanan dapat disalurkan
ke ventrikel kiri melalui defek.
5. .Antibiotic profilaksis → mencegah
endokarditis pada tindakan tertentu.
Penanganan gagal jantung jika
terjadi operasi pada umur 2-5 tahun, Prognosis operasi baik jika tahanan
vascular paru rendah, pasien dalam keadaan baik, BB 15 kg. Bila sudah terjadi
sindrom Eisenmenger ini tidak dapat dioperasi. Sindrom
Eisenmenger diderita pada penderita dengan VSD yang berat, yaitu ketika tekanan
ventrikel kanan sama dengan ventrikel kiri, sehingga shuntnya sebagian atau
seluruhnya telah menjadi dari kanan ke kiri sebagai akibat terjadinya penyakit
vaskuler pulmonal. Artikel
Ventricular Septum Defect, dulu Pasien dengan ventricular septal defects
direkomendasikan secara rutin diberikan antibiotik profilaksis untuk menghindari
terjadinya endokarditis. Hal ini dikarenakan resiko
peningkatan endokarditis
disebabkan bakteremia. Kurangnya kebersihan
gigi mungkin mengakibatkan timbulnya bakteremia, dan pengobatan dengan antibiotik dapat mengurangi resiko bakteremia dan
endokarditis.
Kemudian,
bukti-bukti menunjukkan bahwa endokarditis kemungkinan besar disebabkan dari kebersihan gigi yang buruk, serta gaya hidup pasien.
Karena kurangnya data untuk mendukung perihal tentang efektitas profilaksis antibiotik untuk pencegahan endokarditis, saran tersebut diubah.
Selanjutnya peneliti menyarankan bahwa
pasien dengan ventricular septum defect tanpa komplikasi tidak perlu antibiotik, tetapi mereka menekankan untuk
melakukan pencegahan infeksi
gigi, dengan secara
teliti menjaga kebersihan gigi setiap hari dan secara berkala memeriksakannya ke dokkter gigi.
Namun,
antibiotik profilaksis untuk perawatan gigi terus
direkomendasikan selama 6 bulan setelah menyelesaikan operasi penutupan atau transcatheter closurer
bagi pasien ventricular septum defect dan pada saat masih terdapat kerusakan
yang berkaitan dengan material tambalan, karena situasi ini bisa
menghambat endothelialisasi
I. Komplikasi
a. Endokarditis infektif
b. Terjadinya insufisiensi aorta atau
stenosis pulmonar
c. Penyakit vaskular paru progresif
d. Kerusakan sistem konduksi ventrikel
e.
Infeksi paru gagal jantung kongestif
f. Eisenmenger’s
syndrome
Beberapa
pasien dengan VSD yang besar tidak terkoreksi biasanya mengalami gangguan
pertumbuhan, infeksi pernafasan berulang, hipertenis pulmonal, dan gangguan
ventrikel kanan dan kiri. Komplikasi yang utama adalah kegagalan ventrikel
kanan yang berat dengan terjadinya shunting yang reversal (Eisenmenger’s
syndrome).
J. Prognosis
1. Dengan bertambahnya
umur membuat VSD mengecil, bahkan menutup
2. Sebagian besar menutup pada 2
tahun pertama pada VSD kecil
3. Lebih dari 2 tahun tidak menutup
yang menyebabkan dapat menjadi menetap
4. Defek sedang & besar bisa
menimbulkan gagal jantung
BAB III
PEMBAHASAN
Kasus
:
Anak
W (16 th) masuk rumah sakit pada tanggal 19 Mei 2012 dengan keluhan sesak
nafas, sesak napas bertambah setelah berjalan ±10 m, perut terasa penuh,
seluruh tubuh nampak kebiruan, dan pasien sulit tidur. Keluarga menyebutkan
bahwa anak W sering sesak nafas sejak usia 8 tahun, ketika berolahraga senam
dan lari. 2 minggu SMRS dengan gejala yang muncul seperti di atas anak W
diminta untuk melakukan rontgen thorax dan hasilnya menunjukkan scoliasis thoracalis, cardiomegali, dan
tidak ada efusi pleura. Hasil pengkajian tanggal 21 Mei 2012 menunjukkan data
sesak nafasnya sudah berkurang, pasien merasa sesak nafas ketika berjalan ke
kamar mandi, nafsu makan pasien pun berkurang, sehingga pasien hanya mampu
menghabiskan ½ porsi makan saja. Data yang lain antara lain TB:157 cm; BB:34
kg; IMT:13,79; LK:52,5; LLA:17 cm; LB:64; LP:60cm; RBC:6,38; MCV:72,8fL;
MCH:24,1g/dl.
Identitas
Pasien:
a.
Nama :
Anak W
b.
Usia :
16 tahun
c.
Tanggal MRS :
19 Mei 2012
d.
TB :
157 cm
e.
BB :
34 kg
f.
TD :
100/60 mmHg
g.
Nadi :
110x/mnt
h.
RR :
28x/mnt
i.
Suara Jantung :
Gallop (S3)
j.
IMT :
13,79
k.
LK :
52,5
l.
LLA :
17 cm
m. LB :
64
n.
LP :60cm
o.
RBC :6,38
p.
MCV :
72,8fL
q.
MCH :
24,1g/dl
Data Objektif
|
Data Subjektif
|
-
tubuh kebiruan
-
hanya mampu
menghabiskan ½ porsi makan
-
scoliasis thoracalis
-
cardiomegali
|
-
sesak nafas
-
nafsu makan berkurang
-
perut terasa penuh
-
sulit tidur
|
ASUHAN KEPERAWATAN
No
|
Diagnosa
|
NOC
|
NIC
|
1.
|
Decrease
Cardiac Output berhubungan dengan malformasi jantung
Domain
4 : activity /rest
Class
4 : Cardiovascular/ Pulmonary Responses
Definisi
: ketidakcukupan darah yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan
tubuh
Batasan
karakteristik:
-
Takikardi (nadi 110 kali/ menit )
-
Sianosis
-
Tidak bisa tidur
-
Sesak nafas
-
Suara jantung gallop (S3)
-
Cardiomegali
|
Cardiac
Pump Effectivenes
Definisi
: keadekuatan volume darah yang dikeluarkan dari ventrikel kiri untuk
mundukung tekanan fungsi sistemik
Indikator
:
-
Suara jantung pasien normal
-
Dapat mentoleransi aktifitas
-
Tidak sianosis
-
Tidak mengalami sesak nafas
-
Ukuran jantung pasien kembali normal
|
Cardiac
Care
Definisi
: membatasi komplikasi dari ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokard dan
pemenuhan kebutuhan pasien dengan gejala kerusakan fungsi jantung
Aktivitas:
-
Catat tanda dan gejala penurunan curah jantung
-
Selalu monitor TTV
-
Monitor status cardivaskuler
-
Sediakan terapi anti aritmia berdasarkan kebijakan
unit
-
Monitor respon pasien untuk pengobatan anti
aritnia
-
Jadwalkan pelatihan dan waktu istirahat untuk
mencegah kelelahan
-
Monitor toleransi aktivitas pasien
-
Instruksikan pasien untuk segera melaporkan pada
petugas jika merasakan ketidaknyamanan di dada
|
2.
|
Impaired
Gas Excange berhubungan dengan ventilasi : ketidakseimbangan perfusi
Domain
3 : Elimination and Exchange
Class
4 : Respiratory Fungtion
Definisi
: kelebihan / kekurangan oksigenisasi dan atau pengeluaran CO2
pada membran kapiler alveolar
Batasan
Karakteristik :
-
Pernafasan tidak normal
-
Warna kulit kebiruan / sianosis
-
Kurang istirahat
-
Takikardi (nadi 110 kali / menit)
|
Respiratory
Status : Gas Exchange
Definisi
: pertukaran CO2 dan O2 alveolar untuk mempertahankan
konsentrasi gas darh arteri
Indikator
:
-
Hasil X-Ray dada tidak menunjukkan scoliosis
thoracalis
-
Klien mampu mencapai keseimbangan ventilasi
perfusi
-
Klien tidak merasakan sesak nafas
-
Klien tidak mengeluhkan kurang istirahat / tidur
-
Klien tidak menunjukkan sianosis
|
Oxcygen
terapy
Definisi
:pemberian O2 dan monitoring keefektifitasan
Aktivitas
:
-
Memertahankan kepatenan jalan nafas
-
Atur Oksigenisasi
-
Kelola tambahan oksigen
-
Monitor aliran oksigen
-
Monitor posisi selang oksigen
-
Cek peralatan dan aliran O2 secara
berkala untuk memastikan aliran sesuai dengan yang dibutuhkan
-
Monitor keefektifan terapi oksigen
-
Monitor kemampuan paisen untuk mentoleransi ketika
oksigen dilepaskan saat makan
-
|
Respratory
Monitoring
Definisi
: Mengumpulakan dan menganalisis data pasien untuk memastikan jalan nafas dan
pertukaran gas yang adekuat
Aktivitas
:
-
Monitir kecepatan, ritme, kedalaman, dan usaha
dalam bernafas
-
Monitor pola nafas
-
Auskultasi pola nafas, catat area penurunan /
ketidakseimbangan ventilasi dan adanya suar tambahan
-
Monitor adanya dyspnea
|
|||
3.
|
Activity
Intolerance berhungan dengan ketidakseimbangan suplay O2
Domain
4 : activity /rest
Class
4 : Cardiovascular/ Pulmonary Responses
Definisi
: tidak berfungsinya fisik atau energi fisik untuk mempertahankan atau
memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari yang diinginkan
Batasan
karakteristik :
-
HR 110 kali/ menit
-
Pasien mengeluhkan sesak nafas ketika berjalan
kurang lebih 10 m
|
Activity
Tolerance
Definisi
: respon fisik untuk energi yang dibutuhakan sehari-hari
Indikator:
-
Denyut nadi kembali pada range normal
-
Tidak sianosis
-
Dapat berjalan lebih jauh dari 10 m
-
Dapat melakukan aktifitas sehari-hari mulai dari
yang ringan
|
Cardiac
Care : Rehabilitatif
Aktivitas
:
-
Memantau toleransi aktifitas pasien
-
Instruksikan pasien untuk memberitahukan ketika
mengalami nyeri dada
-
Instruksikan pasien dalam merawat diri saat nyeri
dada
|
Sleep
Enhancement
Definisi
: fasilitasi siklus kebiasaan tidur dan bangun
Aktivitas
:
-
Memperkirakan siklus bangun tidur pasien dalam
merencanakan tindakan keperawatan
-
Anjurkan pasien untuk memonitor pola tidur
-
Menyesuaikan lingkungan untuk membuat pasien
nyaman dalam tidur
(pencahayaan dan temperatur diatur
sesuai dengan yang diinginkan)
|
|||
4.
|
Imbalance
Nutrition Less Than Body Requirement berhungan dengan adanya gangguan
Ventrikel Septum Defect
Domain
2 : Nutrition
Class
1 : Ingestion
Definisi
: Intake nutrisi tidak sesuai dengan kebutuhan metabolik
Batasan
Karakteristik:
-
Pasien hanya menghabiskan ½ porsi makan
-
BB 34 kg
-
IMT : 13,79
-
Pasien merasakan perut penuh yang menyebabkan
gangguan rasa makan
|
Appetite
Definisi
: keinginan untuk makan ketika sakit atau menerima pengobatan
Indikator
:
-
Pasien dapat menikmati makan
-
Keinginan untuk makan meningkat
-
Intake nutrisi yang dikonsumsi juga mengalami
peningkatan
|
Nutrition
Terapy
Defiisi
: Pemberian makanan dan minuman untuk mendukung proses metabolik pasien yang
malnutrisi atau beresiko tinggi malnutrisi
Aktivitas
:
-
Lengkapi pengakjian nutrisi yang dikonsumsi pasien
-
Monitor makanan dan minuman serta menghitung
intake nutrisi
-
Kolaborasi dengan ahli gizi , jumlah kalori dan
tipe nutrisi yang dibutuhkan
-
Memilih suplement
nutrisi jika dibutuhkan
|
Nutrition
Monitoring
Definisi:
mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mencegah atau meminimalisir
malnutrisi
Aktivitas:
-
Monitor BB
-
Monitor energi yang dikeluarkan, kelemahan dan
kelelahan
|
|||
Nutrition
Status
Defiisi
: menambah nutrisi yang dibutuhkan untuk metabolik
Indikator
:
-
Intake nutrisi cukup
-
Intake makanan cukup
-
Kenaikan BB / TB
|
Nutrition
Management
Definisi
: membantu atau menyediakan keseimbangan intake makanan dan minuman
Aktivitas:
-
Pengakjian makanan yang menimbulakan alergi
-
Mengkaji makanan yang disenangi
-
Memberikan dan menyarankan untuk mengkonsumsi
rendah kolesterol
-
Catat intake yang masuk
|
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Ventricular
septal defect (VSD) merupakan kelainan jantung bawaan berupa lubang pada
septum interventrikuler. Gejala dari penyakit
tersebut seperti kesulitan waktu makan dan minum, batuk, sesak, sering
mengalami gangguan saluran nafas, takipneu, sianosis dengan jari berbentuk
tabuh, bahkan mungkin disertai dengan gagal jantung. Deteksi adanya penyakit
tersebut dapat dilakukan pemeriksaan fisik, EKG, Ekokardiografi, kateterisasi
jantung, auskultasi jantung, pemantauan tekanan darah, dan MRI. Diagnosa yang
dapat diangkat pada pasien diatas antar lain Decrease cardiac Output, Impaired
Gas Exchange, Activity Intolerance, dan Imbalance Nutrition Less Than Body
Requirement.
SARAN
1. Bagi
Petugas Kesehatan
a. Memberikan
pelayanan kesehatan dengan memperhatikan respon dan keadaan yang dialami oleh
pasien
b. Selalu
memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan penanganan
penyakit VSD
2. Bagi
Mahasiswa
a. Mempelajari
lebih dalam tentang VSD
b. Melakukan
dan mengembangkan penelitian tentang penanganan pada penderita VSD
3. Bagi
Masyarakat
a. Menjaga
pola makan agar sehat
b. Tanggap
terhadap gejala yang muncul pada diri sendiri dan orang lain yang berada di
sekitar agar tidak terlambat ditangani
c. Segera
konsultasi kepada petugas kesehatan jika ada keluhan atau keanehan pada
kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Idham, Idris .
http://www.bee-health.com/m/articles/view/Prof-DR-dr-H-Idris-Idham-SpJP-K-FIHA-FACC-FESC-FASCC. diakses tanggal 6 September 2012
Jhonson,
Marion., Meridean Maas. (2004).
Nursing Outcomes Classification (NOC).
St. Louis: Mosby
Lasallian. Ventricular Septal Defect. http://yayannerz.blogspot.com/2011/11/ventricular-septal-defect.html diakses pada tanggal 6 september 2012
Majalah
Kesehatan. Kelainan jantung bawaan pada anak. http://majalahkesehatan.com
diakses pada tanggal 6 September 2012
McCloskey,
Joanne C., Bullechek, Gloria M. (2008).
Nursing Interventions Classification
(NIC). St. Loui:Mosby.
M.H
Abdoerrachman, M.B Affandi,
S. Agusman, H. Alatas, Dahlan
A, Aminullah A,et all. 2007 .Ilmu
Kesehatan Anak Jilid 2. Jakarta: FKUI
NANDA. (2012). Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2012-2014.
Philadelphia: NANDA International.
Schwartz
M. William. 2004.Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta :EGC
Samik,
Wahab A. 2009.Kardiologi Anak. Jakarta :EGC
Wongso S, Nasution A H, Adnan
H M, Isbagio H, Tambunan S,
Albar Z, et all. 2000. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam.
Jakarta:FKUI
0 komentar:
Posting Komentar