Sabtu, 19 Oktober 2013

ASUHAN KEPERAWATAN VENTRICULAR SEPTAL DEFECT

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Tubuh manusia terdiri dari berbagai system, diantaranya adalah system kardiovaskuler. System ini menjalankan fungsinya melalui organ jantung danpembuluh darah. Dimana organ yang memiliki peranan penting dalam hal ini adalah jantung yang juga merupakan organ besar dalam tubuh. Fungsi utama jantung adalah untuk memompakan darah ke seluruh tubuh dengan cara mengembang dan menguncup yang disebabkan oleh karena adanya rangsangan yang berasal dari susunan saraf otonom. Seperti pada organ-organ yang lain, jantung juga dapat mengalami kelainan ataupun disfungsi. Sehingga muncullah penyakit jantung yang dapat dibedakan dalam dua kelompok, yaitu penyakit jantung didapat dan penyakit jantung bawaan. Penyakit jantung bawaan adalah kelainan struktural jantung yang kemungkinan terjadi sejak dalam kandungan dan beberapa waktu setelah bayi dilahirkan. Salah satu jenis penyakit jantung yang tergolong penyakit jantung bawaan adalah Ventricular Septal Defect (VSD).
VSD adalah kelainan jantung bawaan dimana terdapat lubang (defek/inkontinuitas) pada septum ventrikel yang terjadi karena kegagalan fusi septum interventrikel pada masa janin. VSD merupakan kelainan jantung congenital tersering dengan prevalensi 20-25 % dari seluruh prevalensi jantung kongenital. Septum ventrikel terbagi menjadi 2 bagian,yaitu pars membranacea (bagian membran) dan pars muscularis (bagian otot). Sedangkan septum muscularis dibagi menjadi 3 bagian, yaitu inlet, trabecular, dan outlet (infundibulum). VSD yang terletak di pars membrane sering kali meluas ke bagian muscular sehingga sebagian besar ahli menyebut VSD ini dengan istilah VSD perimembranous (PM). VSD PM merupakan jenis tersering (70%), selanjutnya trabecular (5-20%), infundibular, dan inlet.
Kejadian VSD di Amerika Serikat dan di dunia sebanding, kira-kira satu sampai dua kasus per seribu bayi yang lahir. Riset menunjukkan bahwa prevalensi VSD  di Amerika Serikat meningkat selama tiga puluh tahun terakhir. Sebuah peningkatan ganda terjadi pada prevalensi VSD  yang dilaporkan oleh Centers for Disease Control and Prevention dari tahun 1968-1980. The Baltimore-Washington Infant Study (BWIS) juga melaporkan sebuah peningkatan ganda pada VSD dari tahun 1981-1989. Riset BWIS melaporkan bahwa peningkatan ini terjadi karena makin sensitifnya deteksi penyakit ini oleh echocardiography. Di Indonesia, khususnya di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, tipe perimembranus adalah yang terbanyak ditemukan (60%), kedua adalah subarterial (37%), dan yang terjarang adalah tipe muskuler (3%). VSD sering ditemukan pada kelainan - kelainan kongenital lainnya, seperti Sindrom Down.
            Faktor prenatal yang mungkin berhubungan dengan VSD adalah Rubella atau infeksi virus lainnya pada ibu hamil, gizi ibu hamil yang buruk, ibu yang alkoholik, usia ibu diatas 40 tahun, dan ibu penderita diabetes. Pencegahan VSD dapat dilakukan pada awal masa kehamilan terutama tiga bulan pertama dimana terjadi pembentukan organ tubuh antara lain jantung, sebaiknya ibu tidak mengkonsumsi jamu berbahaya dan obat obat yang dijual bebas di pasaran, menghindari minuman beralkohol, dan memperbanyak asupan makanan bergisi terutama yang mengandung protein dan zat besi juga asam folat tinggi. Pencegahan infeksi pada masa hamil dapat dilakukan dengan melakukan imunisasi MMR untuk mencegah penyakit morbili (campak) dan rubella selama hamil yang merupakan faktor risiko terjadinya VSD.
            Penyakit kelainan jantung bawaan dapat di diagnosa sejak masa kehamilan yakni memasuki usia kehamilan  16 hingga 20 minggu dengan pemeriksaan USG kandungan. Semakin dini diagnose dapat di ketahui maka harapan untuk proses penyembuhan akan semakin besar. Oleh karena itu sebagai perawat harus berusaha memberikan nasehat terutama pada ibu yang sedang hamil untuk dapat menghindari hal - hal yang dapat menimbulkan penyakit VSD, sehingga turut membantu menurunkan prevalensi kejadian VSD di Indonesia pada khususnya, dan juga perawat harus menerapkan asuhan keperawatan secara tepat kepada pasien dengan VSD.

B.     Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Ventrikel Septum Defect ?

C.    Tujuan
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Ventrikel Septum Defect

D.    Manfaat
1.      Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa tentang Ventrikel Septum Defect
2.      Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien dengan Ventrikel Septum Defect


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Definisi Ventricular Septal Defect (VSD)
Defek septum ventricular (VSD) adalah suatu keadaan abnormal yaitu adanya pembukaan antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan.(Rita &Suriadi, 2001). VSD adalah adanya hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang memisahkan ventrikel kanan dan ventrikel kiri. (Heni dkk, 2001).
Ventricular septal defect (VSD) adalah kelainan jantung bawaan berupa lubang pada septum interventrikuler. Lubang tersebut dapat hanya satu atau lebih yang terjadi akibat kegagalan fusi septum interventrikuler semasa janin dalam kandungan. Kebocoran ini terjadi karena kelambatan dalam pertumbuhannya.

B.     Etiologi
Pada sebagian besar kasus Penyakit Jantung Bawaan (PJB), penyebabnya tidak diketahui. Lebih dari 90% kasus penyebabnya adalah multifaktorial seperti:
a.       Kelainan perkembangan embrionik pada usia lima sampai delapan minggu
b.      Infeksi ibu selama trimester pertama
c.       Ibu menderita DM dengan ketergantungan pada insulin
d.      Gizi ibu jelek
e.       Radiasi
Faktor yang berpengaruh, diantaranya adalah:
a.       Faktor eksogen
Seperti ibu dengan DM, fenilketonuria, dan kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan (maternalfaktor).
b.      Faktor endogen
Seperti riwayat keluarga dengan penyakit jantung (faktor genetik).

C.    Patofisiologi
Adanya defek ventrikel, menyebabkan tekanan ventrikel kiri meningkat dan resistensi sirkulasi arteri sistemik lebih tinggi dibandingkan resistensi pulmonal. Hal ini mengakibatkan darah mengalir ke arteri pulmonal melalui defek septum.Volume darah di paru akan meningkat dan terjadi resistensi pembuluh darah paru. Dengan demikian tek.ventrikel kanan meningkat akibat adanya shunting dari kiri ke kanan. Hal ini akan berisiko endokarditis dan mengakibatkan terjadinya hipertropi otot ventrikel kanan sehingga terjadi peningkatan workload dan terjdi pembesaran atrium kanan untuk mengatasi resistensi yang disebabkan oleh pengosongan atrium yang tidak sempurna.

D.    Manifestasi Klinis
Defek kecil asimtomatik, defek sedang hingga besar menimbulkan keluhan seperti kesulitan waktu minum atau makan karena cepat lelah atau sesak dan sering mengalami batuk serta infeksi saluran napas berulang. Ini menyebabkan pertumbuhan yang lambat.
Pada pemeriksaan fisik biasanya terlihat takipneu, aktivitas ventrikel kiri meningkat, dapat teraba thrill sistolik, bunyi jantung II mengeras bila telah terjadi hipertensi pulmonal, terdengar bising pansistolik di SIC 3-4 parasternal kiri yang menyebar sepanjang parasternal dan apeks. Pada pirau yang besar dapat terdengar bising middiastolik di apeks akibat aliran berlebihan, dapat ditemukan gagal jantung kongestif. Bila telah terjadi penyakit vaskuler paru dan sindrom eisenmenger, penderita tampak sianosis dengan jari tabuh, bahkan mungkin disertai tanda gagal jantung kanan (Purwaningtyas, 2008; Rilantono, 2003)
a.       VSD Kecil
Biasanya asimtomatik. Jantung normal atau sedikit membesar dan tidak ada gangguan tumbuh kembang. Bunyi jantung biasanya normal, dapatditemukan bising sistolik dini pendek yang mungkin didahului early systolic click. Ditemukan pula bising pansistolik yang biasanya keras disertai getaran bising dengan pungtum maksimum di sela iga III-IV garis parasternal kiri dan menjalar ke sepanjang sternum kiri, bahkan ke seluruh prekordium.
b.      VSD Sedang
Gejala timbul pada masa bayi berupa sesak napas saat minum atau memerlukan waktu lebih lama/tidak mampu menyelesaikan makan dan minum, kenaikan berat badan tidak memuaskan, dan sering menderita infeksi paru yang lama sembuhnya. Infeksi paru ini dapat mendahului terjadinya gagal jantung yang mungkin terjadi pada umur 3 bulan. Bayi tampak kurus dengan dispneu, takipneu,serta retraksi. Bentuk dada biasanya masih normal. Pada pasien yang besar, dada mungkin sudah menonjol. Pada auskultasi terdengar bunyi getaran bising dengan pungtum maksimum di sela iga III-IV garis parasternal kiri yang menjalar ke seluruh prekordium.
c.       VSD Besar.
Gejala dapat timbul pada masa neonatus. Pada minggu I sampai III dapat terjadi pirau kiri ke kanan yang bermakna dan sering menimbulkan dispneu.Gagal jantung biasanya timbul setelah minggu VI, sering didahului infeksi saluran napas bawah. Bayi sesak napas saat istirahat, kadang tampak sianosis karena kekurangan oksigen akibat gangguan pernapasan. Gangguan pertumbuhan sangat nyata. Biasanya bunyi jantung masih normal, dapat didengar bising pansistolik, dengan atau tanpa getaran bising, melemah pada akhir sistolik karena terjadi tekanan sistolik yang sama besar pada kedua ventrikel. Bising mid-diastolik di daerah mitral mungkin terdengar akibat flow murmur pada fase pengisian cepat.

E.     Klasifikasi
Berdasarkan lokasi lubang, VSD diklasifikasikan dalam 3 tipe:
1.      Perimembranous, bila lubang terletak didaerah septum membranous dan sekitarnya.
2.      Subarterial Doubly commited, bila lubang terletak didaerah septum infundibuler.
3.      Muskuler, bila lubang terletak didaerah septum muskuler inlet, outlet ataupun     trabekuler.
Besar dan arah shuny tergantung 2 hal, yaitu besar kecilnya defek dan tekanana pulmonal (Robbins, 2007). Adanya lubang pada septum interventrikuler memungkinkan terjadinya aliran dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan, sehingga aliran darah yang ke paru bertambah.

Gambar kondisi jantung normal dan jantung dengan VSD

F.     Pemeriksaan Diagnostik
  1. Foto thorax : dapat ditemukan kardiomegali dengan LVH, vaskularisasi paru meningkat, bila terjadi penyakit vaskuler tampak pruned tree disertai penonjolan a. pulmonal.
  2. Elektrokardiografi : LVH, LAH.
  3. Ekokardiografi : dengan M-mode dapat diukur dimensi atrium kiri dan ventrikel kiri, dengan ekokardiografi 2 dimensi dapat dideteksi dengan tepat ukuran dan lokasi defek septum ventrikel, dengan defek doppler dan warna dapat dipastikan arah dan besarnya aliran yang melewati defek tersebut.
  4. Kateterisasi jantung : dilakukan pada penderita dengan hipertensi pulmonal, dapat mengukur rasio aliran ke paru dan sistemik serta mengukur tahanan paru; angigrafi ventrikel kiri dilakukan untuk melihat jumlah dan lokasi VSD (Joto, 2001; Kertohusodo, 1987; Rakhman, 2003).
  5. Auskultasi jantung
  6. Pemantauan tekanan darah
  7. MRI
G.    Pencegahan VSD
1.    Anak diberikan asupan kalori yang memadai agar mencapai pertumbuhan yang optimal.
2.    Sebelum dan selama hamil ibu menghindari pemakaian alkohol, merokok dan mengontrol diabetesnya secara teratur.
3.    Menurut Artikel Ventricular Septum Defect pasien Small Ventricular Septum Defect dengan tekanan arteri paru normal, fungsi ventrikel normal, dan tidak ditemukan lesi memiliki toleransi aktifitas yang normal dan tidak ada batasan berolahraga. Sedangkan yang memiliki pulmonary arterial hypertension  biasanya memiliki batasan dalam berolahraga. Dan juga pada wanita hamil dengan Small Ventricular Septum Defect tanpa hipertensi paru tidak menimbulkan resiko pada kehamilan. Sedangkan moderate defects dapat meningkatkan aliran darah pada paru-paru selama kehamilan

H.    Penatalaksanaan
Terapi :
1.      Pada VSD kecil
VSD kecil tidak perlu dirawat, pemantauan dilakukan di poliklinik kardiologi anak. Berikan antibiotik seawal mungkin .Vasopresor atau vasodilator adalah obat – obat yang dipakai untuk anak dengan VSD dan gagal jantung misal dopamin ( intropin ) memiliki efek inotropik positif pada miokard menyebabkan peningkatan curah jantung dan peningkatan tekanan sistolik serta tekanan nadi. Sedang isoproterenol (isuprel) memiliki efek inotropik posistif pada miokard menyebabkan peningkatan curah jantung dan kerja jantung. Bayi dengan gagal jantung kronik mungkin memerlukan pembedahan lengkap atau paliatif dalam bentuk pengikatan / penyatuan arteri pulmonar. Pembedahan tidak ditunda sampai melewati usia prasekolah.
2.      Pada VSD sedang
Jika tidak ada gejala-gejala gagal jantung, dapat ditunggu sampai umur 4-5 tahun karena kadang-kadang kelainan ini dapat mengecil. Bila terjadi gagal jantung diobati dengan digitalis. Bila pertumbuhan normal, operasi dapat dilakukan pada umur 4-6 tahun atau sampai berat badannya 12 kg.
3.      Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal yang belum permanen
Biasanya pada keadaan gagal jantung pengobatannya menggunakan digitalis. Bila ada anemia diberi transfusieritrosit terpampat selanjutnya diteruskan terapi besi. Operasi dapat ditunda sambil menunggu penutupan spontan atau bila ada gangguan dapat dilakukan setelah berumur 6 bulan.
4.      Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal permanen
Operasi paliatif atau operasi koreksi total sudah tidak mungkin karena arteri pulmonalis mengalami arteriosklerosis. Bila defek ditutup, ventrikel kanan akan diberi beban yang berat sekali dan akhirnya akan mengalami dekompensasi. Bila defek tidak ditutup, kelebihan tekanan pada ventrikel kanan dapat disalurkan ke ventrikel kiri melalui defek.
5.      .Antibiotic profilaksis → mencegah endokarditis pada tindakan tertentu.
Penanganan gagal jantung jika terjadi operasi pada umur 2-5 tahun, Prognosis operasi baik jika tahanan vascular paru rendah, pasien dalam keadaan baik, BB 15 kg. Bila sudah terjadi sindrom Eisenmenger ini tidak dapat dioperasi. Sindrom Eisenmenger diderita pada penderita dengan VSD yang berat, yaitu ketika tekanan ventrikel kanan sama dengan ventrikel kiri, sehingga shuntnya sebagian atau seluruhnya telah menjadi dari kanan ke kiri sebagai akibat terjadinya penyakit vaskuler pulmonal. Artikel Ventricular Septum Defect, dulu Pasien dengan ventricular septal defects direkomendasikan secara rutin diberikan antibiotik profilaksis untuk menghindari terjadinya endokarditis.  Hal ini dikarenakan resiko peningkatan endokarditis disebabkan bakteremia. Kurangnya kebersihan gigi mungkin mengakibatkan timbulnya bakteremia, dan pengobatan dengan antibiotik dapat mengurangi resiko bakteremia dan endokarditis
            Kemudian, bukti-bukti menunjukkan bahwa endokarditis kemungkinan besar disebabkan dari kebersihan gigi yang buruk, serta gaya hidup pasien. Karena kurangnya data untuk mendukung perihal tentang efektitas profilaksis antibiotik untuk pencegahan endokarditis, saran tersebut diubah. Selanjutnya peneliti menyarankan bahwa pasien dengan ventricular septum defect tanpa komplikasi tidak perlu antibiotik, tetapi mereka menekankan untuk melakukan pencegahan infeksi gigi, dengan secara teliti menjaga kebersihan gigi setiap hari dan secara berkala memeriksakannya ke dokkter gigi.
            Namun, antibiotik profilaksis untuk perawatan gigi terus direkomendasikan selama 6 bulan setelah menyelesaikan operasi penutupan atau transcatheter closurer bagi pasien ventricular septum defect dan pada saat masih terdapat kerusakan yang berkaitan dengan material tambalan, karena situasi ini bisa menghambat endothelialisasi
I.       Komplikasi
a.       Endokarditis infektif 
b.      Terjadinya insufisiensi aorta atau stenosis pulmonar 
c.       Penyakit vaskular paru progresif 
d.      Kerusakan sistem konduksi ventrikel 
e.       Infeksi paru gagal jantung kongestif 
f.       Eisenmenger’s syndrome
Beberapa pasien dengan VSD yang besar tidak terkoreksi biasanya mengalami gangguan pertumbuhan, infeksi pernafasan berulang, hipertenis pulmonal, dan gangguan ventrikel kanan dan kiri. Komplikasi yang utama adalah kegagalan ventrikel kanan yang berat dengan terjadinya shunting yang reversal (Eisenmenger’s syndrome).

J.      Prognosis
1. Dengan bertambahnya umur membuat VSD mengecil, bahkan menutup
2. Sebagian besar menutup pada 2 tahun pertama pada VSD kecil
3. Lebih dari 2 tahun tidak menutup yang menyebabkan dapat menjadi  menetap
4. Defek sedang & besar bisa menimbulkan gagal jantung










BAB III
PEMBAHASAN

Kasus :
Anak W (16 th) masuk rumah sakit pada tanggal 19 Mei 2012 dengan keluhan sesak nafas, sesak napas bertambah setelah berjalan ±10 m, perut terasa penuh, seluruh tubuh nampak kebiruan, dan pasien sulit tidur. Keluarga menyebutkan bahwa anak W sering sesak nafas sejak usia 8 tahun, ketika berolahraga senam dan lari. 2 minggu SMRS dengan gejala yang muncul seperti di atas anak W diminta untuk melakukan rontgen thorax dan hasilnya menunjukkan scoliasis thoracalis, cardiomegali, dan tidak ada efusi pleura. Hasil pengkajian tanggal 21 Mei 2012 menunjukkan data sesak nafasnya sudah berkurang, pasien merasa sesak nafas ketika berjalan ke kamar mandi, nafsu makan pasien pun berkurang, sehingga pasien hanya mampu menghabiskan ½ porsi makan saja. Data yang lain antara lain TB:157 cm; BB:34 kg; IMT:13,79; LK:52,5; LLA:17 cm; LB:64; LP:60cm; RBC:6,38; MCV:72,8fL; MCH:24,1g/dl.
Identitas Pasien:
a.         Nama                    : Anak W
b.        Usia                      : 16 tahun
c.         Tanggal MRS       : 19 Mei 2012
d.        TB                        : 157 cm
e.         BB                        : 34 kg
f.         TD                        : 100/60 mmHg
g.        Nadi                     : 110x/mnt
h.        RR                        : 28x/mnt
i.          Suara Jantung       : Gallop (S3)
j.          IMT                      : 13,79
k.        LK                        : 52,5
l.          LLA                     : 17 cm
m.      LB                        : 64
n.        LP                                    :60cm
o.        RBC                     :6,38
p.        MCV                    : 72,8fL
q.        MCH                    : 24,1g/dl

Data Objektif
Data Subjektif
-          tubuh kebiruan
-          hanya mampu menghabiskan ½ porsi makan
-          scoliasis thoracalis
-          cardiomegali

-          sesak nafas
-           nafsu makan berkurang
-          perut terasa penuh
-          sulit tidur



ASUHAN KEPERAWATAN
No
Diagnosa
NOC
NIC
1.
Decrease Cardiac Output berhubungan dengan malformasi jantung
Domain 4 : activity /rest
Class 4 : Cardiovascular/ Pulmonary Responses
Definisi : ketidakcukupan darah yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan tubuh
Batasan karakteristik:
-          Takikardi (nadi 110 kali/ menit )
-          Sianosis
-          Tidak bisa tidur
-          Sesak nafas
-          Suara jantung gallop (S3)
-          Cardiomegali
Cardiac Pump Effectivenes
Definisi : keadekuatan volume darah yang dikeluarkan dari ventrikel kiri untuk mundukung tekanan fungsi sistemik
Indikator :
-          Suara jantung pasien normal
-          Dapat mentoleransi aktifitas
-          Tidak sianosis
-          Tidak mengalami sesak nafas
-          Ukuran jantung pasien kembali normal
Cardiac Care
Definisi : membatasi komplikasi dari ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokard dan pemenuhan kebutuhan pasien dengan gejala kerusakan fungsi jantung
Aktivitas:
-          Catat tanda dan gejala penurunan curah jantung
-          Selalu monitor TTV
-          Monitor status cardivaskuler
-          Sediakan terapi anti aritmia berdasarkan kebijakan unit
-          Monitor respon pasien untuk pengobatan anti aritnia
-          Jadwalkan pelatihan dan waktu istirahat untuk mencegah kelelahan
-          Monitor toleransi aktivitas pasien
-          Instruksikan pasien untuk segera melaporkan pada petugas jika merasakan ketidaknyamanan di dada
2.
Impaired Gas Excange berhubungan dengan ventilasi : ketidakseimbangan perfusi
Domain 3 : Elimination and Exchange
Class 4 : Respiratory Fungtion
Definisi : kelebihan / kekurangan oksigenisasi dan atau pengeluaran CO2 pada membran kapiler alveolar
Batasan Karakteristik :
-          Pernafasan tidak normal
-          Warna kulit kebiruan / sianosis
-          Kurang istirahat
-          Takikardi (nadi 110 kali / menit)

Respiratory Status : Gas Exchange
Definisi : pertukaran CO2 dan O2 alveolar untuk mempertahankan konsentrasi gas darh arteri
Indikator :
-          Hasil X-Ray dada tidak menunjukkan scoliosis thoracalis
-          Klien mampu mencapai keseimbangan ventilasi perfusi
-          Klien tidak merasakan sesak nafas
-          Klien tidak mengeluhkan kurang istirahat / tidur
-          Klien tidak menunjukkan sianosis

Oxcygen terapy
Definisi :pemberian O2 dan monitoring keefektifitasan
Aktivitas :
-          Memertahankan kepatenan jalan nafas
-          Atur Oksigenisasi
-          Kelola tambahan oksigen
-          Monitor aliran oksigen
-          Monitor posisi selang oksigen
-          Cek peralatan dan aliran O2 secara berkala untuk memastikan aliran sesuai dengan yang dibutuhkan
-          Monitor keefektifan terapi oksigen
-          Monitor kemampuan paisen untuk mentoleransi ketika oksigen dilepaskan saat makan
-           




Respratory Monitoring
Definisi : Mengumpulakan dan menganalisis data pasien untuk memastikan jalan nafas dan pertukaran gas yang adekuat
Aktivitas :
-          Monitir kecepatan, ritme, kedalaman, dan usaha dalam bernafas
-          Monitor pola nafas
-          Auskultasi pola nafas, catat area penurunan / ketidakseimbangan ventilasi dan adanya suar tambahan
-          Monitor adanya dyspnea
3.
Activity Intolerance berhungan dengan ketidakseimbangan suplay O2
Domain 4 : activity /rest
Class 4 : Cardiovascular/ Pulmonary Responses
Definisi : tidak berfungsinya fisik atau energi fisik untuk mempertahankan atau memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari yang diinginkan
Batasan karakteristik :
-          HR 110 kali/ menit
-          Pasien mengeluhkan sesak nafas ketika berjalan kurang lebih 10 m
Activity Tolerance
Definisi : respon fisik untuk energi yang dibutuhakan sehari-hari
Indikator:
-          Denyut nadi kembali pada range normal
-          Tidak sianosis
-          Dapat berjalan lebih jauh dari 10 m
-          Dapat melakukan aktifitas sehari-hari mulai dari yang ringan
Cardiac Care : Rehabilitatif
Aktivitas :
-          Memantau toleransi aktifitas pasien
-          Instruksikan pasien untuk memberitahukan ketika mengalami nyeri dada
-          Instruksikan pasien dalam merawat diri saat nyeri dada



Sleep Enhancement
Definisi : fasilitasi siklus kebiasaan tidur dan bangun
Aktivitas :
-          Memperkirakan siklus bangun tidur pasien dalam merencanakan tindakan keperawatan
-          Anjurkan pasien untuk memonitor pola tidur
-          Menyesuaikan lingkungan untuk membuat pasien nyaman dalam tidur
(pencahayaan dan temperatur diatur sesuai dengan yang diinginkan)
4.
Imbalance Nutrition Less Than Body Requirement berhungan dengan adanya gangguan Ventrikel Septum Defect
Domain 2 : Nutrition
Class 1 : Ingestion
Definisi : Intake nutrisi tidak sesuai dengan kebutuhan metabolik
Batasan Karakteristik:
-          Pasien hanya menghabiskan ½ porsi makan
-          BB 34 kg
-          IMT : 13,79
-          Pasien merasakan perut penuh yang menyebabkan gangguan rasa makan
Appetite
Definisi : keinginan untuk makan ketika sakit atau menerima pengobatan
Indikator :
-          Pasien dapat menikmati makan
-          Keinginan untuk makan meningkat
-          Intake nutrisi yang dikonsumsi juga mengalami peningkatan
Nutrition Terapy
Defiisi : Pemberian makanan dan minuman untuk mendukung proses metabolik pasien yang malnutrisi atau beresiko tinggi malnutrisi
Aktivitas :
-          Lengkapi pengakjian nutrisi yang dikonsumsi pasien
-          Monitor makanan dan minuman serta menghitung intake nutrisi
-          Kolaborasi dengan ahli gizi , jumlah kalori dan tipe nutrisi yang dibutuhkan
-          Memilih suplement  nutrisi jika dibutuhkan



Nutrition Monitoring
Definisi: mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mencegah atau meminimalisir malnutrisi
Aktivitas:
-          Monitor BB
-          Monitor energi yang dikeluarkan, kelemahan dan kelelahan


Nutrition Status
Defiisi : menambah nutrisi yang dibutuhkan untuk metabolik
Indikator :
-          Intake nutrisi cukup
-          Intake makanan cukup
-          Kenaikan BB / TB
Nutrition Management
Definisi : membantu atau menyediakan keseimbangan intake makanan dan minuman
Aktivitas:
-          Pengakjian makanan yang menimbulakan alergi
-          Mengkaji makanan yang disenangi
-          Memberikan dan menyarankan untuk mengkonsumsi rendah kolesterol
-          Catat intake yang masuk

 BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN    
Ventricular septal defect (VSD) merupakan kelainan jantung bawaan berupa lubang pada septum interventrikuler. Gejala dari penyakit tersebut seperti kesulitan waktu makan dan minum, batuk, sesak, sering mengalami gangguan saluran nafas, takipneu, sianosis dengan jari berbentuk tabuh, bahkan mungkin disertai dengan gagal jantung. Deteksi adanya penyakit tersebut dapat dilakukan pemeriksaan fisik, EKG, Ekokardiografi, kateterisasi jantung, auskultasi jantung, pemantauan tekanan darah, dan MRI. Diagnosa yang dapat diangkat pada pasien diatas antar lain Decrease cardiac Output, Impaired Gas Exchange, Activity Intolerance, dan Imbalance Nutrition Less Than Body Requirement.
SARAN
1.      Bagi Petugas Kesehatan
a.       Memberikan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan respon dan keadaan yang dialami oleh pasien
b.      Selalu memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan penanganan penyakit VSD
2.      Bagi Mahasiswa
a.       Mempelajari lebih dalam tentang VSD
b.      Melakukan dan mengembangkan penelitian tentang penanganan pada penderita VSD
3.      Bagi Masyarakat
a.       Menjaga pola makan agar sehat
b.      Tanggap terhadap gejala yang muncul pada diri sendiri dan orang lain yang berada di sekitar agar tidak terlambat ditangani
c.       Segera konsultasi kepada petugas kesehatan jika ada keluhan atau keanehan pada kesehatan


DAFTAR PUSTAKA

Idham, Idris . http://www.bee-health.com/m/articles/view/Prof-DR-dr-H-Idris-Idham-SpJP-K-FIHA-FACC-FESC-FASCC. diakses tanggal 6 September 2012

Jhonson, Marion., Meridean Maas. (2004). Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louis: Mosby
Lasallian. Ventricular Septal Defect. http://yayannerz.blogspot.com/2011/11/ventricular-septal-defect.html diakses pada tanggal 6 september 2012
Majalah Kesehatan. Kelainan jantung bawaan pada anak. http://majalahkesehatan.com diakses pada tanggal 6 September 2012
McCloskey, Joanne C., Bullechek, Gloria M. (2008). Nursing Interventions Classification (NIC). St. Loui:Mosby.
M.H Abdoerrachman, M.B Affandi, S. Agusman, H. Alatas, Dahlan A, Aminullah A,et all. 2007 .Ilmu Kesehatan Anak Jilid 2. Jakarta: FKUI
NANDA. (2012). Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2012-2014. Philadelphia: NANDA International.
Schwartz M. William. 2004.Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta :EGC
Samik, Wahab A. 2009.Kardiologi Anak. Jakarta :EGC
Wongso S, Nasution A H, Adnan H M, Isbagio H, Tambunan S, Albar Z, et all. 2000. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:FKUI

 




0 komentar:

Posting Komentar